China adalah bangsa yang termasuk memiliki peradaban paling tua maka jangan heran pula bila banyak sekali karya klasik berkualitas tinggi termasuk novel dihasilkan oleh orang China. Di antara sekian banyak karya sastra, ada 4 novel yang dianggap sebagai yang terbaik dan paling berpengaruh dalam sastra China. Ke-4 novel tersebut adalah Shuihu Zhuan (Water Margin atau Outlaws of The Marsh-Inggris, Batas Air-Indonesia), Sanguo Yanyi (Romance of Three Kingdom-Inggris, Kisah 3 Kerajaan-Indonesia), Xi You Ji (Journey To The West-Inggris, Perjalanan Ke Barat-Indonesia), dan Hong Lou Meng (Dream of Red Chamber-Inggris, Impian Paviliun Merah-Indonesia). Dari ke-4 novel tersebut banyak sekali menginspirasi film, drama, musik bahkan games.
Walaupun jarak penulisan di antara keempatnya kurang lebih 400 tahun (paling tua adalah Batas Air dan 3 Negara pada abad ke 14, sedangkan paling baru adalah Paviliun Merah pada abad ke 18), terdapat suatu benang merah dalam novel fiksi tersebut. Keempatnya sama-sama memiliki muatan nilai-nilai moral yang mengatur hubungan horizontal yang dianggap penting bagi orang China pada zaman itu, seperti nilai kesetia-kawanan, setia pada negara, persaudaraan maupun hubungan intra keluarga tapi juga terselip di dalamnya filsafat Confusius untuk dipakai mengkritik demoralitas yang terjadi pada zaman dinasti Ming.
Salah satu pakar literatur, Andrew Plak bahkan menyebutkan bahwa 4 novel klasik China ini menjadi dasar dan standar bagi banyak novel klasik lain pada abad ke-18. Keempatnya ditulis dengan plot yang tidak lazim untuk memperkuat inti atau pesan yang mau disampaikan dari masing-masing novel tersebut. Kisah 3 Kerajaan, menurutnya, membenturkan bentuk ideal pemerintahan, yaitu suatu dinasti yang terpusat dengan realitas kekisruhan politik dan anarkis di lapisan bawah. Batas Air juga menggambarkan karakter para tokoh utamanya sebagai brutal, emosional dan terkadang egois (tokoh utamanya digambarkan titisan dari Roh Jahat). Perjalanan ke Barat juga menceritakan perjalanan spiritual yang diceritakan secara komedi dan ringan. Yang paling kontroversial mungkin adalah Paviliun Merah karena terdapat banyak adegan yang berbau seksualitas, yang tentu saja masih sangat tabu pada masa itu, untuk menekankan nilai-nilai moralitas tradisional.
Dari 4 buku tersebut, hanya Impian Paviliun Merah saja mungkin yang masih belum diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia. Tiga buku lainnya sudah banyak sekali dijumpai di toko buku dan bahkan sudah tersedia dalam berbagai versi cerita maupun games. Jadi yang mana favoritmu?
No comments:
Post a Comment